FACTORY OVERHEAD: DEPARTEMENTALISASI
A. Konsep Departementalisasi
Departementalisasi factory overhead maksudnya memilah-milah pabrik menjadi beberapa departemen. Departemen-departemen yang dibentuk mendapat alokasi factory overhead. Hal ini membuat perhitungan biaya produksi menjadi lebih baik. Selain itu, dapat meningkatkan pengendalian terhadap factory overhead cost.Peningkatan kualitas perhitungan biaya produk dimungkinkan karena tiap-tiap departemen bisa menerapkan tarif factory overhead yang berbeda-beda. Sebuah produk yang diproses di suatu departemen mendapatkan alokasi factory overhead dari departemen tersebut. Seperti itulah sehingga suatu produk mendapat alokasi factory overhead sesuai dengan departemen yang dilalui. Tiap-tiap departemen membebankan factory overhead sesuai dengan tarif masing-masing. Yang demikian itu tentu lebih baik dalam perhitungan biaya produk daripada mendapat alokasi factory overhead dengan satu tarif dari pabrik. Mengapa? Karena tidak semua jenis produk melalui tahapan yang sama dalam proses produksinya, ada yang melalui semua departemen, ada juga yang tidak melalui semua departemen yang ada di pabrik. Apabila diterapkan satu tarif factory overhead, maka tarif tersebut terlalu tinggi untuk produk yang tidak diproses melalui semua departemen.
Departementalisasi memfasilitasi responsibility accounting dan pengendalian factory overhead cost dengan menetapkan cost menjadi tanggung jawab tiap-tiap manajer departemen. Departementalisasi menuntut dibuatnya estimasi atau anggaran (budget) factory overhead cost tiap-tiap departemen sehingga evaluasi terhadap efisiensi factory overhead cost bisa dilakukan di departemen masingmasing.
B. Departemen Produksi dan Departemen Jasa
Departemen diklasifikasikan menjadi departemen produksi dan departemen jasa. Departemen produksi adalah departemen yang memproses produk dengan mengubah atau merakit material. Departemen produksi meliputi antara lain departemen pemotongan, perakitan, pencampuran, penyelesaian, dan pembotolan. Departemen jasa menyediakan layanan yang berkontribusi secara tidak langsung ke prose)s produksi. Departemen jasa di antaranya adalah departemen pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, pengendalian produksi, keamanan, pengiriman, kesehatan, sumber daya manusia, dan kantin.C. Biaya Departemen Langsung dan Biaya Departemen Tidak Langsung
1. Biaya departemen langsung
Factory overhead cost meliputi seluruh biaya produksi yang tidak dapat ditelusuri secara spesifik ke suatu pekerjaan atau produk. Beberapa factory overhead cost dapat ditelusuri ke departemen tertentu. Biaya yang seperti ini disebut biaya departemen langsung (direct departmental cost). Sebagian besar direct departmental cost dapat diklasifikasikan menjadi (a) supervisi, indirect labor, dan lembur, (b) fringe benefit, (c) indirect material dan supplies, (d) reparasi dan pemeliharaan, dan (e) depresiasi dan sewa.2. Biaya departemen tidak langsung
Biaya departemen tidak langsung (indirect departmental cost) adalah biaya yang terpakai oleh beberapa departemen, tidak hanya oleh satu departemen. Biaya departemen tidak langsung meliputi biaya listrik, sewa dan depresiasi. Biaya departemen tidak langsung harus dialokasikan secara proporsional ke departemendepartemen yang mendapaf manfaat. Alokasi yang paling baik berdasarkan ukuran pemakaian biaya oleh departemen masing-masing. Apabila tidak memungkinkan untuk mengukur pemakaian biaya oleh tiap-tiap departemen, bisa menggunakan ukuran output. Alternatif berikutnya adalah menggunakan suatu ukuran yang mencerminkan pemakaian biaya oleh tiap-tiap departemen.D. Aplikasi kasus Departementalisasi
Berikut ini adalah estimasi direct departmental FOH per tahun PT Bantimurung Bahagia:Biaya listrik selama setahun 12.000 dan didistribusi berdasarkan pemakaian listrik. Urutan dan dasar distribusi biaya departemen jasa adalah sebagai berikut: (a) Umum – luas lantai (b) Gudang – estimasi permintaan (c) Pemeliharaan – estimasi waktu perbaikan dan pemeliharaan
Penyelesaian:
Langkah pertama adalah mengalokasikan biaya listrik ke seluruh departemen berdasarkan persentase penggunaan listrik tiap-tiap departemen. Langkah selanjutnya adalah mengalokasikan FOH departemen jasa ke departemen lain sesuai urutan dan basis alokasi. Langkah terakhir menghitung tarif FOH departemen produksi. Langkah-langkah tersebut dituangkan dalam perhitungan berikut:
Komentar
Posting Komentar